Pendidikan Tidak Hanya Transfer Ilmu dan Teknologi

Menghadirkan suasana sekolah yang sesungguhnya melalui teknologi informasi (IT) bukanlah hal yang mudah. Oleh karena pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu dan teknologi, maka penciptaan lingkungan pendidikan yang nyata harus terus diupayakan.

Persoalan mendasar bangsa Indonesia adalah masalah kualitas manusia. Masalah kualitas tidak hanya kepandaian dan kecerdasan saja, tetapi juga sikap, perilaku, karakter dan mentalitasnya. Dalam belajar tradisional, pertemuan sinkron pendidik dan peserta didik secara langsung dalam kelas dapat menciptakan berbagai efek baik sosial, moral dan psikologis bagi peserta didik tersebut. Tatapan mata sang pendidik dapat dirasakan sebagai perhatian, teguran dan pengawasan. Suasana hingar-bingar dalam kelas saat pergantian sesi mata kuliah atau suasana sunyi senyap saat ujian menghadirkan suasana belajar yang hidup.

Sementara itu, materi pendidikan diberikan secara setahap demi setahap, satu kalimat demi satu kalimat, satu rumus demi satu rumus, dituliskan dan dijelaskan oleh pendidik dengan intonasi suara tertentu. Peserta didik dapat memahami melalui ‘permainan’ intonasi itu, bagian mana yang ditekankan dan bagian mana yang hanya keterangan pendukung.

Pertemuan antara pendidik dan peserta didik dan antar peserta didik yang berbeda jenis kelamin, latar belakang keluarga dan status sosial, budaya dan cara pandang, sikap dan pola pergaulan, secara evolusi akan membentuk kepribadian para peserta didik.

Jika pola pendidikan tradisional diperhatikan dengan seksama, dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki sejumlah manfat lain yang juga penting dalam membentuk kepribadian seseorang.

Faktor lain itulah yang belum dapat dihadirkan oleh sistem cyber education hingga saat ini, karena lingkungan pendidikan virtual yang baru dapat disajikan baru terbatas: